Cari Blog Ini

Rabu, 24 September 2014

AsuhanKeperawatan Demam Thypoid

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Penyakit demam thypoid sudah lama “menemani” kehidupan kita yang bermukim di Indonesia. Bukan jenis penyakit baru, tapi tak kunjung berhasil diberantas. Bahkan karena kebandelannya, kuman ini bisa bangkit lagi menyerang bila pengobatan tak tuntas. Bagaimana supaya tak terjangkit thypoid, dan kalau sudah terjangkit hal-hal penting apa yang harus dilakukan?
Setelah beberapa hari demamnya tak kunjung turun, Tina dinyatakan terdeteksi menderita tifus abdominalis atau lebih dikenal demam tifoid. Syukurlah, cukup diobati selama dua minggu kondisinya sudah terlihat membaik. Sayang begitu obat dihentikan, demam dan sakit perutnya mulai terasa kembali.
Rupanya kuman salmonela, si biang keladi yang bersarang dalam usus halusnya belum terbasmi tuntas. Begitu Tina diberi obat lagi selama dua minggu berikutnya, kondisinya pun pulih. Ia tidak lagi diganggu sakit perut ataupun demam. Buang airnya juga sudah kembali normal. Pemeriksaan darah di laboratorium klinik terhadap salmonela memberi hasil negatif.
Kuman salmonela merupakan penyebab tipes. Kuman penghantam usus halus ini terdiri atas Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi A, B, C. Binatang seperti lalat , unggas, kucing, anjing, sapi, kuda, babi serta binatang mengerat merupakan sahabat kuman yang juga sangat betah tinggal dalam tubuh manusia. Salmonella typhi umumnya lebih ganas daripada Salmonella paratyphi. Kalau pas naas, dalam tubuh seorang penderita bisa saja hinggap sekaligus kedua macam salmonela itu. Soalnya kuman ini cukup tangguh. Ia mampu bertahan hidup cukup lama dalam tinja, sampah, daging, telur, makanan yang dikeringkan, bahkan dalam bahan kimia seperti zat pewarna makanan sekalipun.
Rupanya kuman salmonela, si biang keladi yang bersarang dalam usus halusnya belum terbasmi tuntas. Begitu Tina diberi obat lagi selama dua minggu berikutnya, kondisinya pun pulih. Ia tidak lagi diganggu sakit perut ataupun demam. Buang airnya juga sudah kembali normal. Pemeriksaan darah di laboratorium klinik terhadap salmonela memberi hasil negatif.
Pengobatan penyakit usus ini memang susah-susah gampang, karena memerlukan pemantauan berkelanjutan. Pasalnya, bila kuman belum terbasmi dengan baik, dan pengobatan dihentikan, bisa saja muncul gejala ulang seperti pada Tina tadi. Atau bahkan yang lebih fatal lagi, dapat terjadi komplikasi pada organ lain.
Di saat musim hujan, penyakit tipes mulai banyak menyerang karena bakteri dengan mudah berkembangbiak. Tifus sering terlambat terdiagnosis karena gejalanya mirip penyakit lain. Kenali gejala khas tifus. Ciri-ciri umunya adalah pusing seperti mau flu, demam disertai nyeri, mual dan lemas, panas, badan terasa tidak enak dan lemas. Tifus disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi yang berasal dari makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi bakteri tersebut dari kotoran orang yang sebelumnya terkena tipes. Karenanya penyakit ini bisa menular, untuk itu bagi orang yang terkena tipes kalau habis BAB harus mencuci tangan hingga bersih.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu Thypoid ?
2.      Apa penyebab penyakit ini ?
3.      Mengapa penyakit ini bisa terjadi ?
4.      Apa tanda-tanda atau gejala penyakit ini ?
5.      Apa saja jenis-jenisnya ?
6.      Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan penyakit ini ?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui mengenai penyakit Thypoid.
2.      Untuk mengetahui penyebab penyakit ini.
3.      Untuk mengetahui mengapa penyakit bisa terjadi.
4.      Untuk mengetahui tanda-tanda atau gejala penyakit ini
5.      Untuk Mengetahui Jenis-jenisnya.
6.      Untuk mengetahui cara pencegahan dan pengobatan penyakit ini.







BAB II
KONSEP DASAR MEDIS

A.    DEFINISI THYFOID
Demam Thyfoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya  mengenai saluran  pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Nursalam dkk.,2005, hal 152).
Thyfoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
Thyfoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi ( Arief Maeyer, 1999 ).Thyfhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).

B.     ETIOLOGI
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. Kuman Salmonella thypii masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang tercemar. (Soegeng Soegijanto, 2002). Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

C.    PATOFISIOLOGI
Kuman Salmonella typi  masuk tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnakan oleh asam lambung. Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertrofi. Di tempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman Salmonella Typi kemudian menembus ke lamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe mesenterial, yang juga mengalami hipertrofi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini salmonella typi masuk ke aliran darah melalui ductus thoracicus. Kuman salmonella typi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella typi bersarang di plaque peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial. Semula disangka demam dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid disebabkan oleh endotoksemia. Tapi kemudian berdasarkan penelitian ekperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid. Endotoksin salmonella typi berperan pada patogenesis demam tifoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat salmonella typi berkembang biak. Demam pada tifoid disebabkan karena salmonella typi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan penglepasan zat pirogen oleh zat leukosit pada jaringan yang meradang.
Masa tunas demam tifoid berlangsung 10-14 hari.  Gejala-gejala yang timbul amat bervariasi. Perbedaaan ini tidak saja antara berbagai bagian dunia, tetapi juga di daerah yang sama dari waktu ke waktu. Selain itu gambaran penyakit bervariasi dari penyakit ringan yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi dan kematian hal ini menyebabkan bahwa seorang ahli yang sudah sangat berpengalamanpun dapat mengalami kesulitan membuat diagnosis klinis demam tifoid.
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu food (makanan), fingers (jari tangan/kuku), fomitus (muntah), fly (lalat), dan melalui feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat.
Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk kedalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-selretikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia, tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalamkeadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002).

D.    MANIFESTASI KLINIS
Masa tunas typhoid 10 – 14 hari
1.      Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.

2.      Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.

E.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Pemeriksaan darah
a.      Pemeriksaan darah untuk kultur (biakan empedu)
Salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah penderita pada minggu pertama sakit, lebih sering ditemukan dalam urine dan feces dalam waktu yang lama.

b.      Pemeriksaan widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella typhi terdapat dalam serum pasien demam typoid, juga pada orang yang pernah ketularan salmonella typhi dan juga para orang yang pernah divaksinasi terhadap demam typoid.
Dari pemeriksaan widal, titer antibodi terhadap antigen O yang bernilai > 1/200 atau peningkatan > 4 kali antara masa akut dan konvalensens mengarah kepada demam typoid, meskipun dapat terjadi positif maupun negatif palsu akibat adanya reaksi silang antara spesies salmonella. Diagnosis pasti ditegakkan dengan menemukan kuman salmonella typhi pada biakan empedu yang diambil dari darah klien.
Akibat infeksi oleh kuman salmonella typhi pasien membuat antibodi (aglutinin), yaitu:
1.      Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen (berasal dari tubuh kuman).
2.      Aglutinin H, berasal dari rangsangan antigen H (berasal dari flagella kuman).
3.      Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpel kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosis, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typoid.
Faktor yang berhubungan dengan klien, yang mempengaruhi uji Widal antara lain :
1.      Keadaan umum, gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit, aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah klien sakit satu minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.

2.      Penyakit-penyakit tertentu
ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam typoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.

3.      Pengobatan dini dengan antibiotika
pengobatan dini dengan obat anti mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.


4.      Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid
Obat-obat tersebut dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial.

5.      Vaksinasi dengan kotipa atau tipa
seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.

6.      Infeksi klien dengan klinis/ subklinis oleh salmonella sebelumnya
keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah.

7.      Reaksi anamnesa
keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella dimasa lalu.

2.      Pemeriksaan sumsum tulang belakang
Terdapat gambaran sumsum tulang belakang berupa hiperaktif Reticulum Endotel System (RES) dengan adanya sel makrofag.

F.     KOMPLIKASI
Komplikasi pada demam typoid dapat terjadi pada usus halus, umumnya jarang terjadi bila terjadi sering fatal diantaranya adalah:
1)      Perdarahan Usus
Perdarahan Usus bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat disertai perasaan nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.



2)      Perforasi Usus
Perforasi Usus timbul biasanya pada minggu ke-3 atau setelah itu dan terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara dirongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafragma. Pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.

3)      Peritonitis
Peritonitis biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus halus. Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang (defense musculair) dan nyeri tekan.

Komplikasi di usus halus, terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterimia) yaitu meningitis, kolesistitis, ensefalopati dan lain-lain, terjadi karena infeksi sekunder yaitu Bronkopneumonia. Dehidrasi dan asidosis dapat timbul akibat masukan makanan yang kurang dan respirasi akibat suhu tubuh yang tinggi.

G.    PENATALAKSANAAN
Pengobatan demam thyfoid  terdiri atas 3 bagian, yaitu:
1.        Perawatan
Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah perdarahan usus. Mobilisasi pasien dilakukan secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.

2.    Diet
Di masa lampau, pasien demam typoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur saring tersebut dimaksudkan untuk menghindari komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus, karena ada pendapat bahwa usus perlu di istirahatkan.



3.      Terapi Obat-obatan
Obat-obatan antimikroba yang sering dipergunakan, antara lain :
·         Kloramfenikol
Dosis hari pertama 4 kali 250 mg, hari kedua 4 kali 500 mg, diberikan selama demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4 kali 250 mg selama 5 hari kemudian.

·         Tiamfenikol
Dosis dan efektifitas tiamfenikol pada demam typoid sama dengan kloramfenikol. Komplikasi hematologis pada penggunaan tiamfenikol lebih jarang dari pada kloramfenikol. Dengan tiamfenikol demam pada demam typoid turun setelah rata-rata 5-6 hari.


·         Ampicilin dan Amoxilin
Efektifitas keduanya lebih kecil dibandingkan dengan kloramfenikol. Indikasi mutlak penggunaannya adalah klien demam typoid dengan leukopenia. Dosis 75-150 mg/kg berat badan, digunakan sampai 7 hari bebas demam.

·         Kontrimoksazol kombinasi trimetroprin dan sulfametaksazol)
Efektifitas nya kurang lebih sama dengan kloramfenikol. Dosis untuk orang dewasa 2 kali 2 tablet sehari digunakan sampai 7 hari bebas demam turun setelah 5-6 hari.

·         Sepalosporin generasi ketiga
Beberapa uji klinis menunjukkan bahwa sepalosporin generasi ketiga antara lain sefoperazon, cefriaxone, cefotaxim efektif untuk demam typoid.

·         Fluorokinolon
Fluorokinolon efektif untuk demam typoid, tetapi dosis dan lama pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti.

Selain dengan pemberian antibiotik, penderita demam typoid juga diberikan obat-obatsimtomatik antara lain:
·         Antipiretika
Antipiretika tidak perlu diberikan secara rutin setiap klien demam typoid karena tidak berguna.

·         Kortikosteroid
Klien yang toksit dapat diberikan kortikosteroid oral atau parenteral dalam pengobatan selama 5 hari. Hasilnya biasanya sangat memuaskan, kesadaran klien menjadi baik, suhu badan cepat turun sampai normal, tetapi kortikosteroid tidak boleh diberikan tanpa indikasi, karena dapat menyebabkan perdarahan intestinal dan relaps.

H.    PENCEGAHAN
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas.

I.       HADIST TENTANG PENULARAN DEMAM THYFOID

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إ
ِذَا وَقَعَ الذُّبَابُ فِي شَرَابِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْمِسْهُ ثُمَّ لِيَنْزِعْهُ فَإِنَّفِي إِحْدَى جَنَاحَيْهِ دَاءً وَالْأُخْرَى شِفَاءً(صحيحالبخاري)


Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW telah bersabda:

“Jika jatuh seekor lalat pada minuman kalian maka benamkanlah, lalu keluarkan, sungguh disalah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sebelah sayap lainnya kesembuhan” [Hadis Shahih Riwayat Bukhari (3320), Abu Daud (3844), Ibnu Majah (3505)]

DAFTAR PUSTAKA
Smelzer Suzanne, G. Bare Brenda.2001.Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,vol. 2.Jakarta:EGC.
A.Price Sylvia, M. Wilson Lorraine.2005.Patofisiologi, edisi 6, Vol. 2.Jakarta:EGC
M.Wilkinson judith,R.Ahern Nancy.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi.9.2011.Jakarta:EGC


























KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
1.      IDENTITAS PASIEN
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal MRS, dan diagnosa medis.

2.      RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
a)    Keluhan Utama
Pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.

b)   Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid, apakah tidak pernah, apakah menderita penyakit lainnya.

c)    Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.

d)   Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau sakit yang lainnya.

e)    Riwayat Psikososial
Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang dideritanya.

f)    Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1)      Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatan
Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.
2)      Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi berubah.

3)      Pola aktifitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.

4)      Pola tidur dan aktifitas
Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.

5)      Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

6)      Pola reproduksi dan sexual
Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau sudah menikah akan terjadi perubahan.

7)      Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.

8)      Pola persepsi dan konsep diri
Didalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.

9)      Pola penanggulangan stress
Stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.

10)  Pola hubungan interpersonal
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit.

11)  Pola tata nilai dan kepercayaan
Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.

3.      PEMERIKSAAN FISIK
1)   Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut tidak enak, anorexia.

2)      Kepala dan leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

3)      Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.

4)      Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.

5)      Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.


6)      Sistem integumen
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.

7)      Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.

8)      Sistem muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.

9)      Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan tonsil.

10)  Sistem persyarafan
Apakah kesadaran itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit thypoid.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.       Hipertermia berhubungan dengan penyakit atau trauma
2.       Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen penyebab penyakit
3.       Diare berhubungan dengan proses infeksi
4.       Kekurangan volume cairan berhubungan dengan  asupan cairan tidak adekuat
5.       Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutu han tubuh berhubungan mual dan muntah
6.       Keletihan berhubungan dengan mal nutrisi
7.       Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen
8.       Ansietas berhubungan dengan perubahan staatus kesehatan
9.       Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber informasi
10.    Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ketidakseimbangan nutrisi.

C.    INTERVENSI
1.      Hipertermia berhubungan dengan penyakit atau trauma.
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi
(NIC)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam pasien akan :
1)     Suhu tubuh akan kembali normal, keamanan dan kenyaman pasien dipertahankan selama pengalaman demam dengan kriteria suhu antara 36,5-37 0C, RR dan Nadi dalam batas normal,
2)     Melaporkan tanda dan gejala dini hipertermia
1)      Monitor tanda-tanda vital tiap 2 jam
2)      Berikan Kompres hangat pada daerah axilla atau leher.
3)      Berikan suhu lingkungan yang nyaman bagi pasien.
4)      Anjurkan pasien mengenakan pakaian tipis.
5)      Anjurkan pasien Anjurkan untuk banyak minum air putih
6)      Berikan HE tentang pentingnya pemberian kompres hangat pada pasien.
7)      kolaborasi pemberian obat antipiretik dan antibiotik .

2.      Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen penyebab penyakit
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi
(NIC)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam pasien akan :
1)   Melaporkan tidak adanya nyeri
2)   Menunjukkan pengendalian adanya nyeri

1)  Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi)
2)  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3)  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
4)  Ajarkan tentang teknik non farmakologi
5)  Tingkatkan istirahat
6)  Berikan HE tentang teknik non farmakologi.
7)  Kolaborasi pemberian obat analgetik.
8)    Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

3.      Diare berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi
(NIC)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam pasien akan :
pola eliminasi Pasien akan kembali normal dengan kriteria :
1)   makan tanpa muntah, mual, tidak distensi perut,
2)   feses lunak, coklat dan berbentuk, tidak nyeri atau kram perut, Bab sehari sekali tiga hari..
1)   evaluasi intake makanan yang masuk
2)   identifikasi penyebab diare
3)   observasi turgor kulit secara rutin
4)   ukur diare / keluaran BAB
5)   Kompres hangat pada abodmen
6)   instruksikan klien untuk makan rendah serat, tinggi protein dan tinggi kalori jika memungkinkan


4.      kekurangan volume cairan berhubungan dengan  asupan cairan tidak adekuat
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi
(NIC)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam pasien akan :
1)   tidak mengalami haus yang tidak normal
2)   Memiliki keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang dalam 24 jam.
1)    Pantau ketidakseimbangan elektrolitklien.
2)    Berikan cairan Peroral
3)    Pantau nutrisi
4)    Kolaborasi pemberian terapi Intra Vena.


5.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan mual dan muntah
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi
(NIC)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam pasien akan :
1)     Melaporkan Nafsu makan kembali normal,
2)     Melaporkan Tidak ada keluhan anoreksia, nausea.
3)     Menunjukkan Porsi makan dihabiskan.
1)  Kaji kemampuan makan klien
2)  Kaji mual dan muntah klien
3)  Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
4)  Pertahankan massa tubuh dan BB dalam batas normal
5)  Manajemen nutrisi klien
6)  Berikan kebersihan mulut terutama sebelum makan.
7)  Kolaborasi dengan ahli gizi sesuia indikasi.


6.      Keletihan berhubungan dengan mal nutrisi
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi
(NIC)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam pasien akan :
1)      Mengidentifikasi faktor psikologis dan fisiologis yang dapat menyebabkan keletihan.
2)      Pertahankan kemamuan untuk berkonsentrasi
1)      Manajemen energi klien
2)      Manajemen Nutrisi Klien
3)      Manajemen lingkungan klien
4)      Terapi aktivitas klien

7.      Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi
(NIC)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam pasien akan :
3)      Pola eliminasi dalam rentang normal.
4)      Melaporkan keluarnya feses disertai berkurangnya nyeri dan mengejan dengan konsistensi feses lunak dan berbentuk.

5)      Kaji pola eliminasi klien
6)      Auskultasi bising usus
7)      Selidiki keluhan nyeri abdomen
8)      Observasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah feses
9)      Manajemen cairan klien
10)  Berikan makanan tinggi serat pada klien.
11)  Kolaborasi pemberian obat pencahar.




8.      Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi
(NIC)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam pasien akan :
1)   Mengontrol kecemasan
2)   menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi cemas

1)     gunakan pendekatan yang menenangkan
2)     identifikasi tingkat kecemasan
3)     dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
4)     instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi


9.      Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber informasi
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi
(NIC)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam pasien akan :
1)   Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit , kondisi, prognosis dan program pengobatan.
2)   Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar.
1)   Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik.
2)   Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat.
3)   Berikan informasi padapasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat.
4)   Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat.

10.  Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ketidakseimbangan nutrisi.
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi
(NIC)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam pasien akan :
1.       Mendemonstrasikan aktivitas perawatan kulit rutin yang efektif.
2.      Memiliki warna kulit normal
3.      Memiliki suhu tubuh normal
4.      Tidak mengalami nyeri di ekstremitas
1.      Berikan asuhan tirah baring
2.      Berikan perawatan pada area insisi
3.      Manjemen penekanan
4.      Berikan pencegahan ulkus dekubitus
5.      Lakukan Surveilans kulit
6.      Berikan Perawatan kulit