Cari Blog Ini

Rabu, 24 September 2014

Asuhan Keperawatan ASTIGMATISMA



KONSEP DASAR MEDIS
A.   Devinisi Astigmatisma
Astigmatisma adalah kelainan refraksi yang mencegah berkas cahaya jatuh sebagai suatu fokus-titik di retina karena perbedaan derajat refraksi di berbagai meridian kornea atau lensa kristalina. Astigmatisme merupakan kelainan refraksi dimana pembiasan pada meridian yang berbeda tidak sama. Dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) sinar sejajar yang masuk ke mata difokuskan pada lebih dari satu titik sengga menghasilkan suatu bayangan dengan titik atau garis fokus multipel (Vaughan, 2009).
Pada astigmatisma berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina akan tetapi pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan di kornea Pada mata dengan astigmatisme lengkungan jari-jari pada satu meridian kornea lebih panjang daripada jari-jari meridian yang tegak lurus padanya (Ilyas, 2009).
Astigamatisma adalah keadaan dimana terdapat variasi pada kurvatur kornea atau lensa pada meridian yang berbeda yang mengakibatkan berkas cahaya tidak difokuskan pada satu titik. Astigmatisma adalah sebuah gejala penyimpangan dalam pembentukkan bayangan pada lensa, hal ini disebabkan oleh cacat lensa yang tidak dapat memberikan gambaran/ bayangan garis vertikal dengan horizotal secara bersamaan.cacat mata ini dering di sebut juga mata silinder.
Mata astigmatisma atau mata silindris adalah suatu keadaan dimana  sinar yang masuk ke dalam mata tidak terpusat pada satu titik saja tetapi sinar tersebut tersebar menjadi sebuah garis. Astigmatisma merupakan kelainan pembiasan mata yang menyebabkan bayangan penglihatan pada satu bidang fokus pada jarak yang berbeda dari bidang sudut. Pada astigmatisma berkas sinar tidak difokuskan ke retina di  dua  garis titik api yang saling tegak lurus.
Bentuk astigmatisma menurut Ilyas (2009) dibagi menjadi 2, yaitu :
1.      Astigmatisma Regular
Astigmatisme dikategorikan regular jika meredian – meredian utamanya (meredian di mana terdapat daya bias terkuat dan terlemah di sistem optis bolamata), mempunyai arah yang saling tegak lurus
1.      Astigmatisma Iregular
Pada bentuk ini didapatkan titik fokusyang tidak beraturan/tidak saling tegak lurus. Penyebab tersering adalah kelainan kornea seperti sikatrik kornea, keratokonus. Bisa juga disebabkan kelainan lensa seperti katarak imatur. Kelainan refraksi ini tidak bisa dikoreksi dengan lensa silinder (Vaughan, 2009).


B.   Etiologi
Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan kekuatan bias seperti yang telah diuraikan diatas adalah :
1.      Kelengkungan kornea yang tidak spherical (kelengkungan yang beraturan dan sama di semua bidang meredian). Astigmatism yang ditimbulkannya dinamakan astigmatism kornea. Astigmatism ini, jika tidak terlalu besar dapat terkoreksi dengan pemakaian lensa kontak keras/kaku (hard contact lens).
2.      Kelengkungan lensa kristalin yang tidak spherical. Astigmatism yang ditimbulkannya dinamakan astigmatism internal.
3.      Terjadi kekeruhan yang tidak merata di media refrakta (kornea, humor aqueos, lensa kristalin, atau vitreuos humor). Pada beberapa penderita katarak stadium awal (immatura) dapat mengalami astigmat seperti ini.
4.      Kombinasi antara beberapa faktor di atas.

C.   Manifestasi Klinik
Pada astigmatism rendah :
1.      Mata cepat terasa lelah, terutama pada saat melakukan pekerjaan yang teliti pada jarak fiksasi.
2.      Terasa kabur sementara pada saat melihat dekat. Biasanya dikurangi dengan menutup mata atau mengucek – ucek mata seperti pada hypermetropia. Gejala seperti ini mungkin juga terjadi pada hypermetropia tingkat rendah. Penderita astigmatism rendah biasanya tidak menunjukkan keluhan/gejala jika mereka tidak bekerja dengan keletihan yang tinggi.
3.      Sakit kepala bagian frontal.
Pada astigmatism tinggi :
1.      Penglihatan kabur, sedikit atau jarang ada keluhan sakit kepala maupun asthenopia, tapi dapat terjadi setelah memakai lensa yang kurang lebih/mendekati koreksi astigmatsm tingginya. Keluhan ini mungkin ditimbulkan oleh akomodasi, karena akomodasi tidak dapat memberi power cylinder sehingga tidak dapat membantu astigmatism tinggi dalam mengkoreksi kekaburan penglihatannya. Adalah tidak selalu mungkin untuk menetralisir astigmatism sepenuhnya, sehingga astigmatism yang tersisa dapat menimbulkan ketidaknyamanan, paling tidak di tahap awal pemakaian lensa koreksi.
2.      Memiringkan kepala adalah keluhan kedua yang paling sering pada astigmatism oblik yang tinggi.
3.      Memutar – mutar kepala agar melihat lebih jelas, kadang juga pertanda akan adanya astigmatism tinggi.
4.      Menyipitkan mata seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan efek pinhole atau stenopaic. Namun, penderita astigmatism juga menyipitkan mata pada saat melihat dekat, tidak hanya pada waktu melihat jauh.
5.      Memegang bacaan lebih mendekati mata, seperti pada myopia.
D.  Patofisiologi
Mata seseorang secara alami berbentuk bulat.. Dalam keadaan normal, ketika cahaya memasuki mata, itu dibiaskan merata, menciptakan pandangan yang jelas objek. Astigmatisma terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea.Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis yang di dalam perkembangannya terjadi keadaan apa yang disebut astigmatisme  with the rule (astigmat lazim) yang berarti kelengkungan kornea pada bidang vertikal bertambah atau lebih kuat atau jari-jarinya lebih pendek dibanding jari-jari kelengkungan kornea di bidang horizontal.
 Mata seseorang dengan Silindris berbentuk lebih mirip sepak bola atau bagian belakang sendok.. Untuk orang ini, ketika cahaya memasuki mata itu dibiaskan lebih dalam satu arah daripada yang lain, sehingga hanya bagian dari obyek yang akan fokus pada satu waktu.. Objek pada jarak pun dapat muncul buram dan bergelombang.
Pada kelainan mata astigmatisma, bola mata berbentuk ellips atau lonjong, seperti bola rugby, sehingga sinar yang masuk ke dalam mata tidak akan bertemu di satu titik retina. Sinar akan dibiaskan tersebar di retina. Hal ini akan menyebabkan pandangan menjadi kabur, tidak jelas, berbayang, baik pada saat untuk melihat jarak jauh maupun dekat.
E.   Penatalaksanaan
Astigmatism reguler, diberikan kacamata sesuai kelainan yang didapatkan, yaitu dikoreksi dengan lensa silinder negatif atau positif dengan atau tanpa kombinasi lensa sferis. Astigmatism ireguler, bila ringan bisa dikoreksi dengan lensa kontak keras, tetapi bila berat bisa dilakukan tranplantasi kornea (Ilyas, et al., 2003).

















KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.     PENGKAJIAN
1)        DATA DEMOGRAFI
a.    Identitas
Nama, umur, Jenis kelamin, Agama, Suku/bangsa, Pendidikan, Pekerjaan, Status, Alamat.
PENANGGUNG JAWAB
Nama, Jenis kelamin, Pekerjaan          , Hubungan dengan klien, Alamat      
2)        RIWAYAT KESEHATAN
a.       Keluhan Utama (Hear and Now)
Alasan masuk Rumah Sakit
b.      Riwayat Penyakit Saat Ini
·      Klien ditanya tentang keluhan yang menyebabkan klien meminta pertolongan pada tim kesehatan.
·      Apakah ada riwayat kecelakaan atau kerja
·      Apakah ada riwayat oftalmik seperti fotofobia, nyeri kepala, pusing, nyeri okuler atau dahi, mata gatal.
·      Bila ada keluhan nyeri, dikaji sehubungan dengan lokasi, awitan, durasi, penurunan ketajaman penglihatan, keadaan saat nyeri timbul, upaya menguranginya dan beratnya.
·      Identifikasi penurunan gangguan tajam penglihatan atau kehilangan medan penglihatan, apakah kondisi tersebut unilateral atau bilateral.
·      Tanyakan klien apakh pernah menjalani koreksi refraksi dan pengukuran ketajaman penglihatan.
·      Apakah menggunakan lensa koreksi untuk penglihatan dekat atau jauh.
·      Asuhan yang pernah diberikan oleh spesialis mata dan frekuensinya.
c.       Riwayat Penyakit Dahulu
·      Tanyakan adanya riwayat pembedahan atau adanya pukulan/ benturan pada masa lalu yang menyebabkan keluhan saat ini.
·      Tanyakan tentang adanya kondisi seperti diabetes mellitus, hipertensi, PMS, anemia sel sabit, AIDS, sklerosis multiple yang dapat mengenai mata.
·      Tanaykan pada klien tentang penggunaan obat mata yang dijiaul bebas ataupun dengan resep yang dipakai.
d.      Riwayat Psikososial
Pengkajian psikososial terutama penting bagi perawat untuk menanyakan pertanyaan mengenai riwayat klien, kita harus memperhitungkan efek keadaan oftalmik terhadap aktivitas klien pada kehidupan sehari – hari dan terhadap pekerjaan. Hal – hal yang perlu dikaji oleh perawat antara lain :
·         Evaluasi gaya hidup klien, jenis pekerjaan, aktivitas hiburan, dan olahraga.
·         Tanyakan apakah masalah oftalmik yang dilaporkan mengganggu fungsi yang biasa dilakukan.
·         Kaji bagaimana klien menghadapi masalah tersebut.
·         Tanyakan perasaan klien yang berhubungan dengan gangguan visual untuk mengkaji keefektifan teknik koping klien.
·         Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang masalahnya untuk pemenuhan edukasi.
e.       Riwayat Kesehatan Keluarga
(Kemungkinan penyakit keturunan, penyakit yang menular akibat kontak langsung maupun tidak langsung antar anggota keluarga, riwayat alergi dalam satu keluarga)
f.        Keadaan Lingkungan Yang Mempengaruhi Timbulnya Penyakit
(Diutamakan untuk penyakit infeksi, penyakit akibat kerja)
3)   PEMERIKSAAN FISIK
a.  Keadaan Umum Klien
Penampila klien, Ekspresi wajah, bicara, mood, Berpakaian dan kebersihan umum, Tinggi badan, BB, gaya berjalan.       
b.  Tanda-tanda Vital
Pemeriksaan pada tanda-tanda vital mencakup : suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah.
c.  Sistem Pernafasan
ü  Hidung :  kesimetrisan, pernafasan cuping hidung, adanya sekret/polip,passase udara.
ü  Leher    :   Pembesaran kelenjar, tumor
ü  Dada : Bentuk dada (normal,barrel,pigeon chest), Perbandingan ukuran anterior, posterior dengan transversi, Gerakan dada (kiri dan kanan, apakah ada retraksi), Keadaan proxsesus xipoideus, Suara nafas (trakhea, bronchial, bronchovesikular), Apakah ada suara nafas tambahan,  Apakah ada clubbing finger.
d.  Sistem Perncernaan
ü  Bibir  (lembab, kering, pecah-pecah, labio skizis), Mulut (stomatitis, apakah ada palatoskizis, jumlah gigi, kemampuan menelan, gerakan lidah )
ü  Gaster  (kembung, gerakan peristaltik )
ü  Abdomen   (periksa sesuai dengan organ dalam tiap kuadran
ü  Anus  (kondisi, spinkter ani, koordinasi) 



e.       Sistem Indra
ü  Mata :
Ø  Kesimetrisan mata, observasi kesimetrisan mata kanan dan kiri. Kaji kesimetrisan wajah klien untuk melihat apakah kedua mata terletak pada jarak yang sama. Kaji letak mata pada orbit. Periksa apakh salah satu mata lebih besar atau menonjol ke depan.
Ø  Alis dan kelopak mata, aobservasi kuantitas dan penyebaran bulu alis. Inspeksi kelopak mata, anjurkan pasien melihat ke depan, bansingkan mata kiri dan kanan, anjurka pasien menutup kedua mata, amati bentuk dan keadaan kulit dari kedua kelopak mata, serta pinggiran kelopak mata, catat jika ada kelainan ( kemerahan ). Perhatikan keluasan mata dalam membuka, catat adanya droping kelopak mata atas atau sewaktu membuka.
Ø  Bulu mata, periksa bulu mata untuk posisi dan distribusinya. Selain berfungsi sebagai pelindung, juga dapat menjadi iritan bagi mata bila menjadi panjang dan salah arah. Dan hal ini dapat mengakibatkan iritan pada kornea. Orang yang emnderita depigmentasi abnormal, albinisme, infeksi kronik, dan penyakit autoimun, bulu mata akan memutih atau poliosis ( Vaughan, 1999 ).
Ø  Kelenjar lakrimalis, observasi bagian kelenjar lakrimal dengan cara meretraksi kelopak mata atas dan menyuruh klien untuk melihat ke bawah. Kaji adanya edema pada kelenjar lakrimal, perawat dapat emnekan sakus lakrimalis dekat pangkal hidung untuk memeriksa adanya obstruksi duktus nasolakrimalis, jika di dalamnya terdapat peradangan akan keluar cairan pungtum lakrimalis. Punktum lakrimalis dapat diobservasi dengan cara menarik kelopak mata bawah secara halus melalui pipi. ( Potter, 2006 ).
Ø  Konjungtiva dan sclera, sclera dan konjungtiva bulbaris diinspeksi secara bersama. Jika pada konjungtiva palpebra klien dicurigai kelainan, palpebra atas and bawah harus dibalik. Palpebra bawah dibalik denagn cara menarik batas atas kea rah pipi sambil klien dianjurkan untuk melihat ke atas. ( Brunner, 2002 ). Amati keadaan konjungtiva, kantong konjungtiva bagian bawah, catat bila ada pus atau warna tidak normal seperti anemis. Kaji warna sclera, pada keadaan normal berwarna putih. Warna kekuning – kuningan dapat mengindikasikan jaundis/ikterik atau masalah sistemik.
Ø  Kornea, observasi dengan cara memberikan sinar secara serong dari beberapa sudut. Kornea seharusnya transparan, halus, jernih dan bersinar. Observasi adanya kekeruhan yang mungkin adalah infiltrate atau sikatrik akibat trauma atau cedera. Cikatrik kornea dapat berupa nebula ( bercak seperti awan yang hanya dapat dilihat di kamar gelap dengan cahaya buatan ). Macula ( bercak putih yang dapat dilihat di kamar terang ) dan leukoma ( bercak putih seperti porselen yang dapat dilihat dari jarak jauh ). Jika klien sadar juga dapat dilakukan reflek berkedip.
Ø  Pupil, amati warna iris ukuran dan bentuk pupil yang bulat dan teratur. Pupil yang tidak bulat dan teratur akibat perlengketan iris dengan lensa/kornea (sinekkia). Lanjutkan pengkajian terhadap reflek cahaya. Pupil yang normal akan berkontriksi secara reguler dan konsentris,efek tidak langsung,pupil mengecil pada penyinaran mata disebelahnya. Reaksi yang lambat atau tidak adanya reaksi dapat terjadi pada kasus peningkatan tekanan intrakranial (bentuk normal: isokor, pupil yang mengecil (<2mm) disebut miosis, amat kecil disebut : pinpoint, sedangkan yang melebar  (>5mm)disebut midriasis). Nyatakan besarnya pupil dalam mm ( normalnya 2-5mm). Pemeriksaan pupil normal biasanya didokumentasikan dan disingkat PERRLA : Pupil Equal Round and Reaktif to Light and Accomodation (pupil seimbang, bulat, dan bereaksi terhadap cahaya dan akomodasi).
ü  Telinga  : Keadan daun telinga, operasi telinga, Kanal auditoris, Membrana tympani, Fungsi pendengaran
ü  Hidung : Penciuman, perih dihidung, trauma, mimisan, Sekret yang menghalangi penciuman          
f.     Sistem Saraf
Fungsi cerebral
1)      Status mental (orientasi, daya ingat, perhatian dan perhitungan, bahasa), Kesadaran (eyes, motorik, verbal) dengan GCS, Bicara  (ekspresive dan resiptive )
2)      Fungsi kranial (saraf kranial I s/d XII).
3)   Sistem Muskuloskeletal
Kepala ( bentuk kepala ),  Vertebrae  (bentuk, gerakan, ROM ), Pelvis (Thomas test, trendelenberg test, ortolani/barlow test, ROM), Lutut  (Mc Murray Test, Ballotement, ROM) , Kaki (keutuhan ligamen, ROM), Bahu, Tangan.
4)   Sistem Integumen
Rambut  ( distribusi ditiap bagian tubuh, texture, kelembaban, kebersihan ), Kulit  (perubahan warna, temperatur, kelembaban,bulu kulit, erupsi, tahi lalat, ruam, texture ), Kuku  ( warna, permukaan kuku, mudah patah, kebersihan ).

5)   Sistem Endokrin
Kelenjar tiroid, Percepatan pertumbuhan, Gejala kreatinisme  atau gigantisme   Ekskresi urine berlebihan , polydipsi, poliphagi, Suhu tubuh yang tidak seimbang , keringat berlebihan, leher kaku  ), Riwayat bekas air seni dikelilingi  semut.
6)      Sistem Perkemihan
Edema palpebra, Moon face, Edema anasarka, Keadaan kandung kemih, Nocturia, dysuria, kencing batu, Penyakit hubungan sexual
7)   Sistem Reproduksi
1.        Wanita
Payudara  (putting, areola mammae, besar, perbandingan kiri dan kanan), Labia mayora dan minora, Keadaan hymen, Haid pertama, Siklus haid.
2.      Laki-laki
Keadaan gland penis   (urethra), Testis  (sudah turun/belum), Pertumbuhan rambut (kumis, janggut, ketiak), Pertumbuhan jakun, Perubahan suara.


8)   Sistem Immun
Allergi  ( cuaca, debu, bulu binatang, zat kimia ), Immunisasi, Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca, Riwayat transfusi dan reaksinya .












                                    







B.     Diagnosa keperawatan
                                                            1.      Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala-gejala yang terjadi pada penyakit yang di alami
                                                            2.      Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan penerimaan sensori.
                                                            3.      Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
                                                            4.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi tidak adekuat
                                                            5.      Resiko cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.
C.     Intervensi
                                                            1.      Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala-gejala yang terjadi pada penyakit yang di alami
TUJUAN & KRITERIA HASIL
( NOC)
INTERVENSI
( NIC )
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x24 jam, pasien akan :
-       Status kenyamanan meningkat
-       Dapat mengontrol gejala.
-       Gunakan pendekatan yang menenangkan
-       Jelaskan penyebab terjadinya ketidaknyamanan
-       Anjurkan klien untuk istirahat yang cukup
-       Gunakan lampu atau penerangan yang cukup saat membaca.
-       Kolaborasi : pemberiaan kacamata untuk meningkatkan tajam penglihatan klien.

                                                            2.      Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan penerimaan sensori.
TUJUAN & KRITERIA HASIL
( NOC)
INTERVENSI
( NIC )
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x24 jam, pasien akan :
-       Mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.
-       Lakukan uji derajat ketajaman penglihatan.
Kolaborasi
-       Pemberian  lensa kontak atau kacamata bantu.
-       Obat farmakologi ( obat tetes mata )
-       Nonfarmakologi ( daun sirih )


                                                            3.      Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
TUJUAN & KRITERIA HASIL
( NOC)
INTERVENSI
( NIC )
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x24 jam, pasien akan :
1.   Mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
2.    TTV normal 
Menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas.
1.   Kaji tingkat kecemasan
2.    Jelaskan prosedur pengobatan perawatan.
3.    Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya tentang kondisi pasien.
4.    Beri penjelasan tiap prosedur/ tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien dan manfaatnya bagi pasien.  
Beri dorongan spiritual.

                                                            4.      Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi.
TUJUAN & KRITERIA HASIL
( NOC)
INTERVENSI
( NIC )
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x24 jam, pasien akan :
1.        Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit , kondisi , prognosisdan program pengobatan
2.        Mampu melaksanakan yang dijelaskan secara benar
1.        Kaji tingkat pengetahuan klien/keluarga tentang penyakit Asma.
2.        Kaji latar belakang pendidikan klien/ keluarga. 
3.        Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat-obatan pada klien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
4.        Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya pada klien. 
5.        Berikan kesempatan pada klien/ keluarga untuk menanyakan hal-hal yang ingin diketahui sehubungan dengan penyakit yang diderita klien.


                                                            5.      Resiko cidera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.
TUJUAN & KRITERIA HASIL
( NOC)
INTERVENSI
( NIC )
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam , pasien akan :
-       Klien terbebas dari cedera
-       Klien mampu menjelaskan cara mencegah injury/cedera
-       Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan personal
-       Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injuri.
-       Sediakan lingkuman yang aman untuk pasien
-       Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai kondisi fisik
-       Jelaskan tentang kemungkinan yang terjadi akibat penurunan tajam penglihatan.
-       Anjurkan  klien agar lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas.
-       Batasi aktivitas seperti mengendarai kendaraan pada malam hari
-       Gunakan kacamata koreksi atau pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi untuk menghindari cidera






                                    




















DAFTAR PUSTAKA






Tidak ada komentar:

Posting Komentar