KONSEP DASAR MEDIS
A.
Devinisi
Astigmatisma
Astigmatisma
adalah kelainan refraksi yang mencegah berkas cahaya jatuh sebagai suatu
fokus-titik di retina karena perbedaan derajat refraksi di berbagai meridian
kornea atau lensa kristalina. Astigmatisme merupakan kelainan refraksi dimana
pembiasan pada meridian yang berbeda tidak sama. Dalam keadaan istirahat (tanpa
akomodasi) sinar sejajar yang masuk ke mata difokuskan pada lebih dari satu
titik sengga menghasilkan suatu bayangan dengan titik atau garis fokus multipel
(Vaughan, 2009).
Pada
astigmatisma berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada
retina akan tetapi pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi
akibat kelainan kelengkungan di kornea Pada mata dengan astigmatisme lengkungan
jari-jari pada satu meridian kornea lebih panjang daripada jari-jari meridian
yang tegak lurus padanya (Ilyas, 2009).
Astigamatisma adalah keadaan dimana terdapat
variasi pada kurvatur kornea atau lensa pada meridian yang berbeda yang
mengakibatkan berkas cahaya tidak difokuskan pada satu titik. Astigmatisma
adalah sebuah gejala penyimpangan dalam pembentukkan bayangan pada lensa,
hal ini disebabkan oleh cacat lensa yang tidak dapat memberikan gambaran/
bayangan garis vertikal dengan horizotal secara bersamaan.cacat mata ini dering
di sebut juga mata silinder.
Mata
astigmatisma atau mata silindris adalah suatu keadaan dimana sinar yang
masuk ke dalam mata tidak terpusat pada satu titik saja tetapi sinar tersebut
tersebar menjadi sebuah garis. Astigmatisma merupakan kelainan
pembiasan mata yang menyebabkan bayangan penglihatan pada satu bidang fokus
pada jarak yang berbeda dari bidang sudut. Pada astigmatisma berkas
sinar tidak difokuskan ke retina di dua garis titik api yang saling
tegak lurus.
Bentuk astigmatisma menurut Ilyas
(2009) dibagi menjadi 2, yaitu :
1.
Astigmatisma Regular
Astigmatisme dikategorikan regular jika
meredian – meredian utamanya (meredian di mana terdapat daya bias terkuat dan
terlemah di sistem optis bolamata), mempunyai arah yang saling tegak lurus
1.
Astigmatisma Iregular
Pada bentuk ini didapatkan titik fokusyang
tidak beraturan/tidak saling tegak lurus. Penyebab tersering adalah kelainan
kornea seperti sikatrik kornea, keratokonus. Bisa juga disebabkan kelainan
lensa seperti katarak imatur. Kelainan refraksi ini tidak bisa dikoreksi dengan
lensa silinder (Vaughan, 2009).
B. Etiologi
Beberapa
hal yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan kekuatan bias seperti yang
telah diuraikan diatas adalah :
1.
Kelengkungan kornea yang tidak
spherical (kelengkungan yang beraturan dan sama di semua bidang meredian). Astigmatism
yang ditimbulkannya dinamakan astigmatism kornea. Astigmatism ini, jika tidak
terlalu besar dapat terkoreksi dengan pemakaian lensa kontak keras/kaku (hard
contact lens).
2.
Kelengkungan lensa kristalin yang tidak
spherical. Astigmatism yang ditimbulkannya dinamakan astigmatism internal.
3.
Terjadi kekeruhan yang tidak merata di
media refrakta (kornea, humor aqueos, lensa kristalin, atau vitreuos humor).
Pada beberapa penderita katarak stadium awal (immatura) dapat mengalami
astigmat seperti ini.
4.
Kombinasi antara beberapa faktor di
atas.
C. Manifestasi Klinik
Pada
astigmatism rendah :
1.
Mata cepat terasa lelah, terutama pada
saat melakukan pekerjaan yang teliti pada jarak fiksasi.
2.
Terasa kabur sementara pada saat
melihat dekat. Biasanya dikurangi dengan menutup mata atau mengucek – ucek mata
seperti pada hypermetropia. Gejala seperti ini mungkin juga terjadi pada
hypermetropia tingkat rendah. Penderita astigmatism rendah biasanya tidak
menunjukkan keluhan/gejala jika mereka tidak bekerja dengan keletihan yang
tinggi.
3.
Sakit kepala bagian frontal.
Pada astigmatism
tinggi :
1.
Penglihatan kabur, sedikit atau jarang
ada keluhan sakit kepala maupun asthenopia, tapi dapat terjadi setelah memakai
lensa yang kurang lebih/mendekati koreksi astigmatsm tingginya. Keluhan ini
mungkin ditimbulkan oleh akomodasi, karena akomodasi tidak dapat memberi power
cylinder sehingga tidak dapat membantu astigmatism tinggi dalam mengkoreksi
kekaburan penglihatannya. Adalah tidak selalu mungkin untuk menetralisir
astigmatism sepenuhnya, sehingga astigmatism yang tersisa dapat menimbulkan
ketidaknyamanan, paling tidak di tahap awal pemakaian lensa koreksi.
2.
Memiringkan kepala adalah keluhan kedua
yang paling sering pada astigmatism oblik yang tinggi.
3.
Memutar – mutar kepala agar melihat lebih
jelas, kadang juga pertanda akan adanya astigmatism tinggi.
4.
Menyipitkan mata seperti pada penderita
myopia. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan efek pinhole atau stenopaic. Namun,
penderita astigmatism juga menyipitkan mata pada saat melihat dekat, tidak
hanya pada waktu melihat jauh.
5.
Memegang bacaan lebih mendekati mata,
seperti pada myopia.
D. Patofisiologi
Mata
seseorang secara alami berbentuk bulat.. Dalam keadaan normal, ketika cahaya
memasuki mata, itu dibiaskan merata, menciptakan pandangan yang jelas objek.
Astigmatisma terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea.Bayi yang
baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis yang di dalam
perkembangannya terjadi keadaan apa yang disebut astigmatisme with the
rule (astigmat lazim) yang berarti kelengkungan kornea pada bidang
vertikal bertambah atau lebih kuat atau jari-jarinya lebih pendek dibanding
jari-jari kelengkungan kornea di bidang horizontal.
Mata seseorang dengan Silindris berbentuk
lebih mirip sepak bola atau bagian belakang sendok.. Untuk orang ini, ketika
cahaya memasuki mata itu dibiaskan lebih dalam satu arah daripada yang lain,
sehingga hanya bagian dari obyek yang akan fokus pada satu waktu.. Objek pada
jarak pun dapat muncul buram dan bergelombang.
Pada
kelainan mata astigmatisma, bola mata berbentuk ellips atau lonjong, seperti
bola rugby, sehingga sinar yang masuk ke dalam mata tidak akan bertemu di satu
titik retina. Sinar akan dibiaskan tersebar di retina. Hal ini akan menyebabkan
pandangan menjadi kabur, tidak jelas, berbayang, baik pada saat untuk melihat
jarak jauh maupun dekat.
E.
Penatalaksanaan
Astigmatism
reguler, diberikan kacamata sesuai kelainan yang didapatkan, yaitu dikoreksi
dengan lensa silinder negatif atau positif dengan atau tanpa kombinasi lensa
sferis. Astigmatism ireguler, bila ringan bisa dikoreksi dengan lensa kontak
keras, tetapi bila berat bisa dilakukan tranplantasi kornea (Ilyas, et al.,
2003).
KONSEP
DASAR KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1)
DATA
DEMOGRAFI
a.
Identitas
Nama, umur, Jenis kelamin, Agama, Suku/bangsa, Pendidikan, Pekerjaan,
Status, Alamat.
PENANGGUNG JAWAB
Nama, Jenis kelamin, Pekerjaan ,
Hubungan dengan klien, Alamat
2)
RIWAYAT
KESEHATAN
a.
Keluhan
Utama (Hear and Now)
Alasan masuk Rumah Sakit
b.
Riwayat
Penyakit Saat Ini
· Klien ditanya tentang keluhan yang menyebabkan klien
meminta pertolongan pada tim kesehatan.
· Apakah ada riwayat kecelakaan atau kerja
· Apakah ada riwayat oftalmik seperti fotofobia, nyeri
kepala, pusing, nyeri okuler atau dahi, mata gatal.
· Bila ada keluhan nyeri, dikaji sehubungan dengan
lokasi, awitan, durasi, penurunan ketajaman penglihatan, keadaan saat nyeri
timbul, upaya menguranginya dan beratnya.
· Identifikasi penurunan gangguan tajam penglihatan atau
kehilangan medan penglihatan, apakah kondisi tersebut unilateral atau
bilateral.
· Tanyakan klien apakh pernah menjalani koreksi refraksi
dan pengukuran ketajaman penglihatan.
· Apakah menggunakan lensa koreksi untuk penglihatan
dekat atau jauh.
· Asuhan yang pernah diberikan oleh spesialis mata dan
frekuensinya.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
·
Tanyakan adanya riwayat
pembedahan atau adanya pukulan/ benturan pada masa lalu yang menyebabkan
keluhan saat ini.
·
Tanyakan tentang adanya
kondisi seperti diabetes mellitus, hipertensi, PMS, anemia sel sabit, AIDS,
sklerosis multiple yang dapat mengenai mata.
·
Tanaykan pada klien tentang
penggunaan obat mata yang dijiaul bebas ataupun dengan resep yang dipakai.
d. Riwayat Psikososial
Pengkajian
psikososial terutama penting bagi perawat untuk menanyakan pertanyaan mengenai
riwayat klien, kita harus memperhitungkan efek keadaan oftalmik terhadap
aktivitas klien pada kehidupan sehari – hari dan terhadap pekerjaan. Hal – hal
yang perlu dikaji oleh perawat antara lain :
·
Evaluasi gaya hidup klien,
jenis pekerjaan, aktivitas hiburan, dan olahraga.
·
Tanyakan apakah masalah
oftalmik yang dilaporkan mengganggu fungsi yang biasa dilakukan.
·
Kaji bagaimana klien
menghadapi masalah tersebut.
·
Tanyakan perasaan klien
yang berhubungan dengan gangguan visual untuk mengkaji keefektifan teknik
koping klien.
·
Kaji pengetahuan klien
tentang penyakitnya untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang
masalahnya untuk pemenuhan edukasi.
e.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
(Kemungkinan penyakit keturunan, penyakit yang menular akibat kontak
langsung maupun tidak langsung antar anggota keluarga, riwayat alergi dalam
satu keluarga)
f.
Keadaan
Lingkungan Yang Mempengaruhi Timbulnya Penyakit
(Diutamakan untuk penyakit infeksi, penyakit akibat kerja)
3)
PEMERIKSAAN
FISIK
a. Keadaan Umum Klien
Penampila klien, Ekspresi wajah, bicara, mood,
Berpakaian dan kebersihan umum, Tinggi badan, BB, gaya berjalan.
b. Tanda-tanda Vital
Pemeriksaan pada tanda-tanda vital mencakup : suhu, nadi, pernapasan dan
tekanan darah.
c. Sistem Pernafasan
ü Hidung :
kesimetrisan, pernafasan cuping hidung, adanya sekret/polip,passase
udara.
ü Leher
: Pembesaran kelenjar, tumor
ü Dada : Bentuk dada (normal,barrel,pigeon chest),
Perbandingan ukuran anterior, posterior dengan transversi, Gerakan dada (kiri
dan kanan, apakah ada retraksi), Keadaan proxsesus xipoideus, Suara nafas
(trakhea, bronchial, bronchovesikular), Apakah ada suara nafas tambahan, Apakah ada clubbing finger.
d. Sistem Perncernaan
ü Bibir
(lembab, kering, pecah-pecah, labio skizis), Mulut (stomatitis, apakah
ada palatoskizis, jumlah gigi, kemampuan menelan, gerakan lidah )
ü Gaster
(kembung, gerakan peristaltik )
ü Abdomen
(periksa sesuai dengan organ dalam tiap kuadran
ü Anus
(kondisi, spinkter ani, koordinasi)
e.
Sistem
Indra
ü Mata :
Ø Kesimetrisan mata, observasi
kesimetrisan mata kanan dan kiri. Kaji kesimetrisan wajah klien untuk melihat
apakah kedua mata terletak pada jarak yang sama. Kaji letak mata pada orbit.
Periksa apakh salah satu mata lebih besar atau menonjol ke depan.
Ø Alis dan kelopak mata, aobservasi kuantitas dan penyebaran bulu alis.
Inspeksi kelopak mata, anjurkan pasien melihat ke depan, bansingkan mata kiri
dan kanan, anjurka pasien menutup kedua mata, amati bentuk dan keadaan kulit
dari kedua kelopak mata, serta pinggiran kelopak mata, catat jika ada kelainan
( kemerahan ). Perhatikan keluasan mata dalam membuka, catat adanya droping
kelopak mata atas atau sewaktu membuka.
Ø Bulu mata, periksa
bulu mata untuk posisi dan distribusinya. Selain berfungsi sebagai pelindung,
juga dapat menjadi iritan bagi mata bila menjadi panjang dan salah arah. Dan
hal ini dapat mengakibatkan iritan pada kornea. Orang yang emnderita
depigmentasi abnormal, albinisme, infeksi kronik, dan penyakit autoimun, bulu
mata akan memutih atau poliosis ( Vaughan, 1999 ).
Ø Kelenjar lakrimalis, observasi bagian kelenjar lakrimal dengan cara
meretraksi kelopak mata atas dan menyuruh klien untuk melihat ke bawah. Kaji
adanya edema pada kelenjar lakrimal, perawat dapat emnekan sakus lakrimalis
dekat pangkal hidung untuk memeriksa adanya obstruksi duktus nasolakrimalis,
jika di dalamnya terdapat peradangan akan keluar cairan pungtum lakrimalis.
Punktum lakrimalis dapat diobservasi dengan cara menarik kelopak mata bawah
secara halus melalui pipi. ( Potter, 2006 ).
Ø Konjungtiva dan sclera, sclera dan konjungtiva bulbaris diinspeksi secara
bersama. Jika pada konjungtiva palpebra klien dicurigai kelainan, palpebra atas
and bawah harus dibalik. Palpebra bawah dibalik denagn cara menarik batas atas
kea rah pipi sambil klien dianjurkan untuk melihat ke atas. ( Brunner, 2002 ).
Amati keadaan konjungtiva, kantong konjungtiva bagian bawah, catat bila ada pus
atau warna tidak normal seperti anemis. Kaji warna sclera, pada keadaan normal
berwarna putih. Warna kekuning – kuningan dapat mengindikasikan jaundis/ikterik
atau masalah sistemik.
Ø Kornea, observasi
dengan cara memberikan sinar secara serong dari beberapa sudut. Kornea
seharusnya transparan, halus, jernih dan bersinar. Observasi adanya kekeruhan
yang mungkin adalah infiltrate atau sikatrik akibat trauma atau cedera.
Cikatrik kornea dapat berupa nebula ( bercak seperti awan yang hanya dapat
dilihat di kamar gelap dengan cahaya buatan ). Macula ( bercak putih yang dapat
dilihat di kamar terang ) dan leukoma ( bercak putih seperti porselen yang
dapat dilihat dari jarak jauh ). Jika klien sadar juga dapat dilakukan reflek
berkedip.
Ø Pupil, amati
warna iris ukuran dan bentuk pupil yang bulat dan teratur. Pupil yang tidak
bulat dan teratur akibat perlengketan iris dengan lensa/kornea (sinekkia). Lanjutkan
pengkajian terhadap reflek cahaya. Pupil yang normal akan berkontriksi secara
reguler dan konsentris,efek tidak langsung,pupil mengecil pada penyinaran mata
disebelahnya. Reaksi yang lambat atau tidak adanya reaksi dapat terjadi pada
kasus peningkatan tekanan intrakranial (bentuk normal: isokor, pupil yang
mengecil (<2mm) disebut miosis, amat kecil disebut : pinpoint,
sedangkan yang melebar (>5mm)disebut midriasis). Nyatakan
besarnya pupil dalam mm ( normalnya 2-5mm). Pemeriksaan pupil normal biasanya
didokumentasikan dan disingkat PERRLA : Pupil Equal Round and Reaktif to
Light and Accomodation (pupil seimbang, bulat, dan bereaksi terhadap cahaya
dan akomodasi).
ü Telinga :
Keadan daun telinga, operasi telinga, Kanal auditoris, Membrana tympani, Fungsi
pendengaran
ü Hidung : Penciuman, perih dihidung, trauma,
mimisan, Sekret yang menghalangi penciuman
f.
Sistem Saraf
Fungsi cerebral
1)
Status
mental (orientasi, daya ingat, perhatian dan perhitungan, bahasa), Kesadaran
(eyes, motorik, verbal) dengan GCS, Bicara
(ekspresive dan resiptive )
2)
Fungsi
kranial (saraf kranial I s/d XII).
3)
Sistem Muskuloskeletal
Kepala ( bentuk kepala ), Vertebrae
(bentuk, gerakan, ROM ), Pelvis (Thomas test, trendelenberg test,
ortolani/barlow test, ROM), Lutut (Mc Murray
Test, Ballotement, ROM) , Kaki (keutuhan ligamen, ROM), Bahu, Tangan.
4) Sistem
Integumen
Rambut ( distribusi ditiap bagian
tubuh, texture, kelembaban, kebersihan ), Kulit
(perubahan warna, temperatur, kelembaban,bulu kulit, erupsi, tahi lalat,
ruam, texture ), Kuku ( warna, permukaan
kuku, mudah patah, kebersihan ).
5) Sistem
Endokrin
Kelenjar tiroid, Percepatan pertumbuhan, Gejala kreatinisme atau gigantisme Ekskresi urine berlebihan , polydipsi,
poliphagi, Suhu tubuh yang tidak seimbang , keringat berlebihan, leher
kaku ), Riwayat bekas air seni
dikelilingi semut.
6)
Sistem Perkemihan
Edema palpebra, Moon face, Edema anasarka, Keadaan kandung kemih,
Nocturia, dysuria, kencing batu, Penyakit hubungan sexual
7) Sistem
Reproduksi
1.
Wanita
Payudara
(putting, areola mammae, besar, perbandingan kiri dan kanan), Labia
mayora dan minora, Keadaan hymen, Haid pertama, Siklus haid.
2.
Laki-laki
Keadaan
gland penis (urethra), Testis (sudah turun/belum), Pertumbuhan rambut
(kumis, janggut, ketiak), Pertumbuhan jakun, Perubahan suara.
8) Sistem
Immun
Allergi ( cuaca, debu, bulu
binatang, zat kimia ), Immunisasi, Penyakit yang berhubungan dengan perubahan
cuaca, Riwayat transfusi dan reaksinya .
B.
Diagnosa keperawatan
1.
Gangguan rasa nyaman berhubungan
dengan gejala-gejala yang terjadi pada penyakit yang di alami
2.
Gangguan persepsi sensori
berhubungan dengan perubahan
penerimaan sensori.
3.
Ansietas berhubungan dengan
perubahan status kesehatan
4.
Kurang pengetahuan berhubungan
dengan informasi tidak adekuat
5.
Resiko cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.
C.
Intervensi
1.
Gangguan rasa nyaman berhubungan
dengan gejala-gejala yang terjadi pada penyakit yang di alami
TUJUAN & KRITERIA HASIL
( NOC)
|
INTERVENSI
( NIC )
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x24 jam,
pasien akan :
- Status kenyamanan meningkat
- Dapat mengontrol gejala.
|
- Gunakan pendekatan yang menenangkan
- Jelaskan penyebab terjadinya ketidaknyamanan
- Anjurkan klien untuk istirahat yang cukup
- Gunakan lampu atau penerangan yang cukup saat
membaca.
- Kolaborasi : pemberiaan kacamata untuk meningkatkan
tajam penglihatan klien.
|
2.
Gangguan persepsi sensori
berhubungan dengan perubahan
penerimaan sensori.
TUJUAN & KRITERIA HASIL
( NOC)
|
INTERVENSI
( NIC )
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x24 jam,
pasien akan :
- Mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa
kehilangan lebih lanjut.
|
- Lakukan uji derajat ketajaman penglihatan.
Kolaborasi
- Pemberian
lensa kontak atau kacamata bantu.
- Obat farmakologi ( obat tetes mata )
- Nonfarmakologi ( daun sirih )
|
3.
Ansietas
berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
TUJUAN & KRITERIA HASIL
( NOC)
|
INTERVENSI
( NIC )
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x24 jam,
pasien akan :
1. Mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas
2. TTV normal
Menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas.
|
1.
Kaji tingkat kecemasan
2.
Jelaskan prosedur pengobatan perawatan.
3.
Beri kesempatan pada
keluarga untuk bertanya tentang kondisi pasien.
4.
Beri penjelasan tiap
prosedur/ tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien dan manfaatnya bagi
pasien.
Beri dorongan spiritual.
|
4.
Defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi.
TUJUAN & KRITERIA HASIL
( NOC)
|
INTERVENSI
( NIC )
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x24 jam,
pasien akan :
1.
Pasien dan keluarga
menyatakan pemahaman tentang penyakit , kondisi , prognosisdan program
pengobatan
2.
Mampu melaksanakan yang
dijelaskan secara benar
|
1.
Kaji tingkat pengetahuan
klien/keluarga tentang penyakit Asma.
2.
Kaji latar belakang
pendidikan klien/ keluarga.
3.
Jelaskan tentang proses
penyakit, diet, perawatan dan obat-obatan pada klien dengan bahasa dan
kata-kata yang mudah dimengerti.
4.
Jelaskan semua prosedur
yang akan dilakukan dan manfaatnya pada klien.
5.
Berikan kesempatan pada
klien/ keluarga untuk menanyakan hal-hal yang ingin diketahui sehubungan
dengan penyakit yang diderita klien.
|
5.
Resiko
cidera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.
TUJUAN & KRITERIA HASIL
( NOC)
|
INTERVENSI
( NIC )
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
...x 24 jam , pasien akan :
- Klien terbebas dari cedera
- Klien mampu menjelaskan cara mencegah
injury/cedera
- Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari
lingkungan personal
- Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah
injuri.
|
- Sediakan lingkuman yang aman untuk pasien
- Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai
kondisi fisik
- Jelaskan tentang kemungkinan yang terjadi akibat
penurunan tajam penglihatan.
- Anjurkan
klien agar lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas.
- Batasi aktivitas seperti mengendarai kendaraan pada
malam hari
- Gunakan kacamata koreksi atau pertahankan
perlindungan mata sesuai indikasi untuk menghindari cidera
|
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar